Biaya Hidup Tinggi dan Kemacetan Penyebab Utama Gangguan Mental Warga DKI

JAKARTA, MEDIA AKSI – Biaya hidup yang tinggi, kemacetan lalu lintas, dan trauma pengasuhan menjadi faktor utama gangguan kesehatan mental di Jakarta. Hal ini diungkapkan oleh Samanta Elsener, psikolog dan anggota dewan Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi).

Menurut Samanta, perjalanan panjang dari rumah ke tempat kerja dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik, yang pada gilirannya meningkatkan risiko stres, kelelahan, depresi, kecemasan, dan penurunan kinerja kerja.

“Trauma pengasuhan, kekerasan, perundungan, biaya hidup tinggi, menjadi bagian dari generasi sandwich, utang, dan beban sosial semuanya dapat memicu masalah kesehatan mental,” jelas Samanta di Jakarta.

Samanta menekankan bahwa terapi bicara saja tidak cukup untuk mengatasi akar penyebab masalah kesehatan mental ini. Ia berharap pemimpin Jakarta di masa depan akan menawarkan program yang lebih komprehensif.

“Masalah utamanya adalah kemacetan lalu lintas. Yang dibutuhkan warga Jakarta adalah solusi untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan kualitas udara,” tambahnya.

Sementara itu, psikolog klinis Kasandra Putranto menyoroti bahwa depresi dan kecemasan adalah masalah kesehatan mental yang paling umum di Jakarta.

“Data dari riset kesehatan dasar menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi tetap menjadi masalah kesehatan mental utama, terutama setelah pandemi,” ujar Kasandra.

Menurut data Kementerian Kesehatan, sekitar 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami gangguan mental. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 juga mencatat bahwa lebih dari 19 juta orang Indonesia berusia 15 tahun ke atas menderita gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta dalam kelompok usia yang sama mengalami depresi.

Kasandra mencatat bahwa penyebab gangguan kesehatan mental beragam, mulai dari faktor genetik dan pengasuhan hingga tekanan dan faktor lingkungan.

“Karena itu, penting bagi calon pemimpin Jakarta untuk memasukkan isu kesehatan mental dalam program kerja mereka agar data kesehatan mental dapat membaik di masa depan,” katanya.

Kasandra juga menunjukkan bahwa Jakarta berkontribusi signifikan terhadap angka kekerasan seksual dan kecanduan narkoba.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 260 juta orang di Asia Tenggara, atau sekitar satu dari tujuh orang, menderita gangguan mental, dengan banyak yang tidak menerima perawatan tepat waktu.

Dr. Andrea Bruni, penasihat regional WHO untuk kesehatan mental di Asia Tenggara, menyoroti masalah ini pada Hari Kesehatan Mental Sedunia, Selasa, 10 Oktober 2023. Ia mencatat bahwa masalah kesehatan mental sangat umum di wilayah ini dan menunjukkan adanya kesenjangan pengobatan yang signifikan.

Di beberapa negara, kesenjangan pengobatan mencapai 90 persen, menunjukkan bahwa sebagian besar individu dengan gangguan mental tidak menerima perawatan yang memadai atau tepat waktu, dengan beberapa tidak menerima perawatan sama sekali.

Artikel ini menyoroti pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental di Jakarta dan perlunya kebijakan yang komprehensif untuk mengatasi faktor-faktor penyebab gangguan mental di kota ini.

Pos terkait