MEDIAAKSI.COM – Mohammad Mo Gawdat, mantan chief bussines officer Google X, memberi peringatan akan dampak kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) terhadap lapangan kerja global. Menurut prediksinya, dalam waktu dua tahun ke depan, AI akan menggantikan hingga separuh atau 50 persen dari seluruh pekerjaan di industri-industri tertentu.
Revolusi yang Berbeda dari Sebelumnya
Gawdat yang juga seorang insinyur perangkat lunak, pengusaha dan penulis, menjelaskan bahwa revolusi AI ini berbeda secara fundamental dengan revolusi teknologi sebelumnya.
“Mesin bakal menggantikan kekuatan fisik manusia pada suatu waktu. Dan sangat sedikit tempat di dunia Barat saat ini yang memiliki pekerja yang membawa barang di punggung mereka dan membawanya naik tangga. Mesin yang melakukan pekerjaan itu,” ungkapnya dalam sebuah podcast Youtube bersama enterpreneur asal Inggris, Steven Bartlett.
Namun kali ini menurut Gawdat , AI akan menggantikan fungsi otak manusia. “AI akan menggantikan otak manusia,” tegasnya. Dia mencontohkan, ketika Barat mengalihkan semua tenaga kerja ke negara-negara berkembang, yang tersisa adalah ekonomi jasa dengan para “knowledge workers” – pekerja yang bekerja dengan informasi, mengetik di keyboard, menggerakkan mouse, dan duduk dalam rapat.
“Segala yang kita produksi di masyarakat Barat adalah kata-kata atau desain, dan semua yang kita produksi dapat diproduksi oleh AI,” kata Gawdat dengan nada prihatin.
Skenario Konkret Penggantian Pekerjaan
Untuk memberikan gambaran nyata, Gawdat mengajukan skenario hipotetis: “Jika saya memberi Anda AI besok, di mana saya memberi AI sebidang tanah dan berkata, ‘Ini parameter tanah saya. Ini lokasinya di Google Maps. Rancanglah villa yang secara arsitektural solid untuk saya. Saya peduli dengan banyak cahaya dan saya butuh tiga kamar tidur. Saya ingin kamar mandi saya dari marmer putih.’ Dan AI menghasilkannya seperti itu.”
Pertanyaannya kemudian menjadi: seberapa sering orang akan pergi ke arsitek? “Arsitek terbaik dari yang terbaik akan menggunakan AI untuk menghasilkan itu atau Anda akan berkonsultasi dengan mereka… Pekerjaan-pekerjaan itu akan tetap ada, tetapi berapa banyak dari mereka yang akan tetap ada?”
Profesi yang Terancam
Gawdat secara spesifik menyebutkan berbagai profesi yang akan terdampak signifikan: “Tidak diragukan lagi bahwa akan ada sektor-sektor masyarakat di mana 10, 20, 30, 40, 50% dari semua pengembang, semua software, semua desainer grafis, semua pemasar online, semua asisten akan kehilangan pekerjaan.”
Bahkan Geoffrey Hinton, tokoh penting dalam pengembangan AI, memberikan saran yang mengejutkan kepada Gawdat: “Jeffrey Hinton mengatakan kepada saya untuk berlatih menjadi tukang ledeng.” Ketika Gawdat mengira itu hanya bercanda, Hinton menatapnya dengan serius dan mengulangi sarannya.
Mengapa Pekerjaan Blue Collar Bertahan Lebih Lama
Gawdat menjelaskan ironi dalam perkembangan ini. Mesin menggantikan tenaga kerja manual, tetapi pekerjaan blue collar masih bertahan. Sebaliknya, pekerjaan white collar yang dianggap “refined” – duduk di kantor, menghadiri rapat, dan “mengoceh tidak berguna” – justru yang pertama kali terancam.
“Robotika belum siap, dan saya percaya mereka belum siap karena sikap keras kepala komunitas robotika dalam membuat mereka berbentuk humanoid,” jelasnya. Butuh waktu 4-5 tahun lagi untuk robotika menggantikan pekerjaan fisik dengan kualitas seperti AI yang menggantikan pekerjaan mental saat ini.
Solusi dan Persiapan Menghadapi Perubahan
Meski peringatannya terdengar menakutkan, Gawdat menekankan bahwa ini bukan tentang distopia, melainkan tentang bagaimana manusia mengelolanya. “Ini bisa menjadi utopia itu sendiri di mana ibu tunggal itu tidak perlu tiga pekerjaan, jika masyarakat kita cukup adil.”
Dia mengkritik alokasi anggaran global yang lebih mengutamakan militer ketimbang kesejahteraan: “2,4 hingga 2,7 trilion adalah perkiraan untuk 2024 tentang berapa banyak uang yang kita habiskan untuk peralatan militer… Kemiskinan ekstrem di seluruh dunia bisa berakhir dengan 10 hingga 12% dari anggaran itu.”
Era Augmented Intelligence vs Machine Mastery
Gawdat menggambarkan dua tahap interaksi dengan mesin. Pertama adalah “era augmented intelligence” – kecerdasan manusia yang diperkuat dengan AI. Kedua adalah “era machine mastery” – pekerjaan yang dilakukan sepenuhnya oleh AI tanpa campur tangan manusia.
“Dalam era augmented intelligence, asisten Anda akan memperkuat diri mereka dengan AI untuk menjadi lebih produktif atau menariknya untuk mengurangi jumlah tugas yang perlu mereka lakukan,” jelasnya.
Pentingnya Persiapan
Gawdat berulang kali menekankan perlunya persiapan dari sekarang. “Kita perlu bersiap untuk itu. Kita perlu siap dengan berbicara kepada pemerintah kita. Sepertinya setengah dari pekerjaan-pekerjaan itu sudah digantikan,” ujarnya
Perubahan ini memang tidak dapat dihindari, tetapi menurutnya bagaimana masyarakat menyikapinya dan menentukan apakah ini menjadi sebuah berkah atau bencana. “Saya berharap saya salah,” ungkap Gawdat dengan harapan, sambil tetap menekankan perlunya persiapan yang matang dari seluruh lapisan masyarakat.