Peran Komunikasi Interpersonal dalam Meningkatkan Efektivitas Rekrutmen di PT Vinix7

PT Vinix7 merupakan sebuah grup yang bergerak di bidang pendidikan dan pelatihan, terutama dalam pengembangan keterampilan digital serta pendampingan startup melalui program inkubasi dan venture builder. Perusahaan ini membawahi berbagai mitra dan secara rutin menyelenggarakan program magang mandiri (MSIB) yang bekerja sama dengan Kemendikbudristek.

Sebagai mahasiswa Universitas 17 Agustus yang menjalani magang di divisi SDM PT Vinix7, saya mendapatkan kesempatan untuk memahami secara langsung berbagai proses yang berperan penting dalam mendukung operasional perusahaan. Salah satu pengalaman paling berkesan adalah keterlibatan saya dalam kegiatan rekrutmen karyawan. Di PT Vinix7, kami percaya bahwa kemampuan komunikasi interpersonal memiliki kontribusi yang besar terhadap keberhasilan proses rekrutmen. Penilaian tidak semata-mata pada kompetensi teknis kandidat, tetapi juga pada cara mereka berinteraksi, bekerja sama, serta menyesuaikan diri dengan budaya perusahaan.

Dalam artikel ini, saya ingin membagikan pengalaman mengenai peran penting komunikasi interpersonal dalam proses rekrutmen, serta bagaimana hal tersebut memengaruhi kenyamanan kandidat dan kualitas hasil seleksi di perusahaan. Komunikasi Interpersonal Menjadi Jembatan antara Perusahaan dan Kandidat

Proses rekrutmen yang efektif tidak hanya berfokus pada pertanyaan terkait pengalaman kerja atau kemampuan teknis kandidat. Lebih dari itu, rekrutmen merupakan upaya membangun hubungan yang terbuka dan saling memahami antara perusahaan dan calon karyawan. Selama berada di divisi SDM, saya menyadari bahwa komunikasi interpersonal menjadi elemen kunci yang membantu kedua pihak menjalin interaksi yang lebih jelas dan natural.

Selama masa magang, saya mengamati bagaimana seorang rekruter berusaha menciptakan suasana wawancara yang kondusif. Mereka tidak sekadar menanyakan hal-hal teknis, tetapi juga memberi kesempatan kepada kandidat untuk menceritakan diri mereka, tujuan karier, serta ekspektasi terhadap perusahaan. Pendekatan ini memungkinkan kami menilai kandidat secara lebih menyeluruh, termasuk bagaimana mereka dapat beradaptasi dan memberi kontribusi pada lingkungan kerja yang inklusif dan kolaboratif.

Membangun Kepercayaan Melalui Komunikasi yang Berempati

Salah satu hal berharga yang saya pelajari selama magang adalah betapa pentingnya empati dalam proses komunikasi saat rekrutmen berlangsung. Saya melihat secara langsung bagaimana Kak Adwan selaku HRD PT Vinix7 selalu berupaya memahami kondisi emosional serta sudut pandang para kandidat, terutama ketika mereka terlihat gugup atau ragu menghadapi tahapan seleksi. Pendekatan empatik seperti ini membantu mengurangi kecemasan mereka dan menciptakan pengalaman rekrutmen yang lebih nyaman.

Dalam beberapa kesempatan, saya juga dipercaya untuk melakukan komunikasi awal dengan kandidat melalui Zoom atau panggilan video. Dari pengalaman tersebut, saya memahami bahwa tahap awal ini tidak hanya bertujuan menyampaikan informasi mengenai proses seleksi, tetapi juga memastikan bahwa kandidat merasa dihargai, didengarkan, dan diperlakukan dengan baik. Perlakuan ini membentuk rasa percaya sejak awal, yang kemudian menjadi dasar penting dalam membangun hubungan yang lebih kuat sepanjang tahapan rekrutmen berikutnya.

Mengelola Komunikasi Non-Verbal dalam Proses Wawancara

Walaupun sebagian besar tugas saya berkaitan dengan administrasi dan seleksi awal, saya juga berkesempatan mengamati secara langsung bagaimana proses wawancara—baik tatap muka maupun daring—dilaksanakan di PT Vinix7. Dari pengamatan tersebut, saya menyadari bahwa komunikasi non-verbal memegang peranan yang sangat penting. Unsur seperti gerak tubuh, raut wajah, hingga intonasi suara dapat membentuk kesan pertama yang kuat bagi pewawancara maupun kandidat.

Sebagai peserta magang, saya tidak hanya belajar menyampaikan komunikasi verbal dengan baik, tetapi juga bagaimana memahami sinyal-sinyal non-verbal yang tampak selama proses wawancara. Misalnya, dalam sesi wawancara langsung, saya melihat bahwa rekruter mampu menilai tingkat kenyamanan dan keterbukaan kandidat melalui postur dan gerakan tubuh mereka. Pengamatan ini membantu kami mengenali apakah kandidat sedang merasa percaya diri atau justru sedang gugup, sesuatu yang dapat memengaruhi kualitas komunikasi mereka sepanjang proses seleksi.

Komunikasi di Era Digital: Tantangan dan Pendekatan Solutif

Dalam perkembangan teknologi saat ini, sebagian besar proses rekrutmen dilakukan secara daring. Saya berkesempatan menyaksikan bagaimana PT Vinix7 menyesuaikan diri dengan metode rekrutmen virtual tersebut. Wawancara online menghadirkan tantangan tersendiri, terutama dalam memahami ekspresi non-verbal serta menciptakan suasana yang nyaman meskipun tidak bertatap muka secara langsung.

Dari pengalaman tersebut, saya menyadari bahwa komunikasi dalam wawancara virtual membutuhkan kemampuan tambahan. Pewawancara maupun kandidat perlu menjaga kontak mata melalui kamera, menggunakan intonasi yang jelas, serta menghadirkan kesan ramah meskipun komunikasi dilakukan melalui layar. Upaya-upaya kecil ini ternyata sangat membantu membuat kandidat merasa lebih tenang dan percaya diri, sehingga mereka dapat berbicara lebih terbuka mengenai pengalaman maupun harapan mereka terhadap perusahaan.

Kesimpulan

Berdasarkan pengalaman selama menjalani magang di divisi SDM PT Vinix7, saya memahami bahwa komunikasi interpersonal memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kualitas proses rekrutmen. Baik komunikasi verbal, non-verbal, maupun empati yang ditunjukkan oleh rekruter mampu menciptakan suasana seleksi yang lebih nyaman dan manusiawi bagi kandidat. Pendekatan komunikasi yang baik tidak hanya membantu perusahaan menilai potensi kandidat secara lebih komprehensif, tetapi juga membuat kandidat merasa dihargai dan diperlakukan dengan profesional.

Selain itu, adaptasi terhadap proses rekrutmen digital menunjukkan bahwa tantangan komunikasi dalam wawancara virtual dapat diatasi melalui keterampilan tambahan seperti menjaga kontak mata melalui kamera, intonasi yang jelas, dan sikap ramah. Hal ini memperkuat hubungan antara rekruter dan kandidat meskipun tidak bertemu langsung.

Secara keseluruhan, komunikasi interpersonal yang efektif menjadi fondasi penting dalam menciptakan pengalaman rekrutmen yang positif, membangun kepercayaan sejak awal, serta membantu perusahaan menemukan kandidat yang sesuai dengan budaya dan kebutuhan organisasi. Pengalaman ini memberikan wawasan berharga bagi saya dalam memahami bagaimana praktik komunikasi yang baik mampu meningkatkan keberhasilan proses rekrutmen.

Penulis : Taufik M Putra
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Angkatan 2022 , Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Pos terkait