BANDA ACEH, Media Aksi – Pertandingan sepak bola antara tim Aceh dan Sulawesi Tengah di ajang PON XXI Aceh Sumatera berakhir dengan kericuhan pada Sabtu malam di Stadion Dimurtala, Banda Aceh. Laga yang awalnya berjalan normal berubah menjadi ajang kontroversi dan kekerasan, mencoreng nama baik olahraga nasional.
Keributan bermula saat wasit Ahmad Hafid Hilmi memberikan penalti kepada tim Aceh di injury time babak kedua. Keputusan ini memicu amarah pemain Sulawesi Tengah, yang berujung pada pemukulan wasit oleh salah satu pemain. Akibatnya, wasit terkapar dan harus dilarikan ke rumah sakit menggunakan ambulans.
Sebelum insiden tersebut, pertandingan sudah diwarnai ketegangan. Sulawesi Tengah unggul lebih dulu pada menit ke-24 melalui gol Wahyu Almanporo. Perusuhan sempat terjadi di menit ke-39 ketika pelatih Sulawesi Tengah, Zulkifli Syukur, terlibat cekcok dengan pemain cadangan Aceh. Tiga pemain Sulawesi Tengah juga menerima kartu merah sepanjang pertandingan.
Meski penalti pertama untuk Aceh gagal, tim tuan rumah akhirnya menyamakan kedudukan melalui penalti kedua yang dieksekusi Akmal Juanda. Pertandingan seharusnya dilanjutkan ke babak tambahan, namun tim Sulawesi Tengah memilih untuk walkout. Keputusan ini membuat Aceh secara otomatis melaju ke babak semifinal untuk menghadapi Jawa Timur.
PSSI telah mengecam keras peristiwa ini dan berjanji akan melakukan investigasi mendalam. Ketua PSSI Erick Thohir menegaskan bahwa sanksi terberat, termasuk larangan seumur hidup, mengancam wasit dan pihak-pihak yang terbukti terlibat dalam pengaturan pertandingan. Namun, dia juga menekankan bahwa tidak ada pembenaran untuk tindakan kekerasan terhadap wasit.
Di luar lapangan, PON Aceh juga menghadapi kritik terkait fasilitas yang dianggap belum layak. Masalah ini terungkap melalui video yang viral di media sosial, menampilkan kondisi makanan para atlet yang hanya berupa nasi kotak sederhana. Situasi ini menambah daftar panjang permasalahan yang menyelimuti penyelenggaraan PON kali ini.