MEDIAAKSI.COM – Tren baru di kalangan remaja dan dewasa muda: mengaktifkan fitur Do Not Disturb 24 jam (DND) untuk menghindari gangguan digital dan melindungi kesehatan mental.
Di era digital yang serba terhubung ini, fenomena menarik tengah berkembang di kalangan Generasi Z. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang antusias menerima setiap notifikasi, para remaja dan dewasa muda kini justru memilih untuk “menghilang” dari hiruk pikuk digital dengan mengaktifkan mode Do Not Disturb (DND) sepanjang hari.
Madeline Kerestman, mahasiswa kedokteran berusia 21 tahun sekaligus influencer media sosial, mengungkapkan alasannya menggunakan fitur DND. “Ketika saya sedang belajar untuk ujian yang akan datang, notifikasi Snapchat atau pesan Instagram yang baru sering membuat saya terjebak dalam spiral scrolling media sosial selama beberapa menit,” jelasnya.
Fenomena ini bukanlah sekadar tren sesaat. Video-video di TikTok dengan tag “DND” dan “DND 24/7” menunjukkan remaja dan orang-orang berusia 20-an yang berbagi pengalaman tentang betapa tenang dan produktifnya mereka setelah mengubah pengaturan notifikasi.
Dampak Psikologis dan Produktivitas
Keputusan untuk mengaktifkan DND sepanjang hari ternyata memiliki dasar ilmiah yang kuat. Sebuah penelitian dari University of California di Irvine pada tahun 2005 menemukan bahwa rata-rata dibutuhkan sekitar 23 menit bagi pekerja untuk kembali fokus pada tugas setelah mengalami gangguan.
Bagi Kerestman, fitur ini bukan hanya soal menjaga konsentrasi belajar. “Saya terus menerima notifikasi dari TikTok dan Instagram yang memberitahu saya tentang like, komentar, dan follower baru,” katanya. “Meskipun saya menyukai aspek memiliki platform dan terhubung dengan orang lain, hal ini bisa sangat membuat stres dan mengganggu konsentrasi.”
Chinedu Kenechukwu, seorang perempuan berusia 24 tahun asal Lagos, Nigeria, memiliki pengalaman serupa. “Saya mengaktifkan DND sepanjang hari hampir setiap hari tahun lalu,” ungkapnya kepada HuffPost. “Saya cenderung cemas kadang-kadang, dan panggilan masuk di ponsel saya cenderung meningkatkan kecemasan itu, jadi saya biasanya mengaktifkan DND untuk melindungi ketenangan pikiran saya.”
Perspektif Ahli Kesehatan Mental
Lauren Larkin, seorang psikoterapis dan pendiri Lel Therapy, memandang tren DND 24/7 sebagai upaya Generasi Z untuk memperbaiki dan menegosiasikan ulang kebiasaan mereka yang terlalu online dan selalu tersedia. “Saya bisa melihat Gen Z menggunakan DND sebagai alat untuk menetapkan batasan,” jelasnya. “Ini membantu menciptakan rasa kontrol atas hubungan yang tidak melayani mereka, baik dengan menjadi kurang mudah diakses atau memiliki akses yang lebih sedikit terhadap apa yang dilakukan orang lain.”
Bagi individu dengan attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), fitur DND dan menetapkan satu waktu khusus dalam sehari untuk merespons bisa menjadi pengubah permainan yang nyata. Mereka yang memiliki ADHD sering kesulitan merespons pesan teks karena gejala seperti pelupa, kewalahan, atau mudah teralihkan perhatian.
Namun, Larkin juga memberikan peringatan. “Jika menerima panggilan atau pesan membuat Anda memiliki pikiran yang berpacu sulit dikontrol, detak jantung lebih cepat, berkeringat, gemetar, sulit tidur, mual, itu bisa menjadi tanda gangguan kecemasan,” katanya.
Konflik Generasi
Tren ini tidak lepas dari kritik, terutama dari generasi yang lebih tua. Kerestman mengungkapkan frustrasi yang dialaminya: “Ibu saya akan selalu berkata, ‘Kamu selalu bermain ponsel! Mengapa kamu tidak bisa menjawab pesan dalam lima menit atau mengangkat panggilan dengan segera?’”
“Saya pikir generasi lain menganggap Gen Z dan milenial terpaku pada ponsel mereka,” lanjut Kerestman. “Meskipun ini mungkin benar sampai tingkat tertentu, saya tidak berpikir itu berarti kami harus diharapkan merespons dalam dua detik atau terus-menerus mengecek akun media sosial kami.”
Emily Cooper, seorang terapis di Seattle, Washington, yang termasuk dalam “zilennial” (generasi mikro lahir antara 1993-1998), memiliki pandangan yang berbeda dengan ibunya. “Ibu saya akan menjawab telepon hanya untuk mengatakan dia tidak bisa bicara,” kata Cooper sambil tertawa. “Saya seperti, ‘Kalau begitu jangan angkat teleponmu!’”
Cooper berpendapat bahwa perbedaan generasi ini mungkin berakar pada fakta bahwa panggilan telepon dan menangkap seseorang di telepon dulunya lebih langka. “Untuk generasi itu, itu hampir seperti kemewahan,” jelasnya. “Anda harus berada di rumah pada waktu yang tepat, mampu membayar panggilan jarak jauh, sedangkan bagi saya, itu selalu tersedia jadi saya tidak terlalu menghargainya.”
Dampak Fisiologis dan Rekomendasi
Cooper meyakini bahwa setiap orang bisa mendapat manfaat dari waktu tanpa ponsel. Penelitian menunjukkan bahwa notifikasi dari ponsel benar-benar melepaskan kortisol — hormon stres tubuh — dan membuat otak kita dalam “siaga tinggi.” Sistem saraf kita benar-benar membutuhkan waktu untuk pulih dari ping dan getaran yang kita terima sepanjang hari.
“Selain itu, saya tidak berpikir siapa pun harus memiliki akses kepada kita 24/7, dan mengharapkan itu sedikit… tidak realistis,” kata Cooper. “Orang punya kehidupan: anak-anak, sekolah, kerja, keluarga, teman.”
Meski demikian, Cooper berpendapat bahwa satu-satunya orang yang membutuhkan akses sepanjang waktu adalah orang tua dan anak-anak, tetapi bahkan itu dapat diatur melalui pengaturan DND sehingga panggilan tersebut tetap bisa masuk.
“Saya pikir itu adalah jalan tengah yang baik,” katanya. “Secara keseluruhan, dalam pengalaman saya, sangat menyenangkan merasa memiliki kontrol dan bisa ‘memilih’ untuk masuk ke media sosial dan percakapan teks alih-alih merasa seperti semuanya dipaksakan kepada saya.”