Waspada! Inilah Lima Bahaya Game Roblox yang Mengintai Anak-Anak

Tangkapan Layar Game Roblox
Tangkapan Layar YouTube

MEDIAAKSI.COM – Para orang tua bahaya sebaiknya tidak menganggap sepele bahaya game Roblox bagi anak.  Meski berpenampilan cerah dan mengundang, platform gaming populer ini ternyata menyimpan sejumlah risiko yang patut diwaspadai. Para ahli dan pemerintah mulai memperingatkan dampak negatif yang bisa ditimbulkan game ini terhadap perkembangan anak.

Platform yang menampilkan grafis berwarna-warni dengan karakter-karakter menarik ini memang terlihat seperti wahana digital yang aman bagi anak-anak. Bahkan, banyak yang menganggap Roblox sebagai media pembelajaran teknologi dan kreativitas yang efektif.

Jutaan anak di Indonesia dan seluruh dunia menghabiskan waktu berjam-jam menyelami dunia virtual yang ditawarkan platform ini. Namun, di balik popularitasnya yang menggiurkan, sejumlah spesialis keamanan digital anak telah mengidentifikasi berbagai ancaman serius yang tersembunyi.

Pemerintah Indonesia bahkan mulai mempertimbangkan langkah tegas berupa pemblokiran apabila terbukti game ini merugikan tumbuh kembang generasi muda.  Lalu apa lima bahaya game Roblox bagi Anak?

Lima Bahaya Game Roblox Bagi Anak

1. Konten Kekerasan yang Tidak Pantas

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti dengan tegas melarang anak-anak mengakses Roblox. Menurutnya, platform ini sarat dengan muatan kekerasan dan konten yang tidak layak untuk konsumsi anak-anak.

“Kalau main HP tidak boleh menonton kekerasan, yang di situ ada berantemnya, di situ ada kata-kata yang jelek-jelek, jangan nonton yang tidak berguna ya. Nah yang main blok-blok (Roblox) tadi itu jangan main yang itu ya, karena itu tidak baik ya,” tegas Mu’ti (4/8).

Menteri juga menyoroti ketidakmampuan anak-anak membedakan realitas dari dunia maya. “Itu kan banyak kekerasan ya di game itu. Kadang-kadang anak-anak ini tidak memahami bahwa yang mereka lihat itu sebenarnya sesuatu yang tidak nyata,” tambahnya.

2. Sifat Ketergantungan yang Mengkhawatirkan

Karakteristik adiktif Roblox menjadi perhatian serius bagi orangtua. Banyak laporan menyebutkan anak-anak mengalami reaksi ekstrem seperti menangis histeris atau marah berlebihan ketika dipaksa berhenti bermain.

Fenomena ini mengindikasikan adanya ketergantungan psikologis yang membuat anak sulit melepaskan diri dari dunia virtual. Ketika aktivitas gaming dihentikan mendadak, anak cenderung mengalami frustrasi karena belum siap menghadapi kenyataan di luar permainan.

3. Potensi Perilaku Kriminal

Dari perspektif psikologis, Roblox berpotensi memicu tindakan menyimpang, termasuk kriminalitas anak. Contoh nyata adalah anak-anak yang nekat mencuri demi mendapatkan uang untuk membeli item premium dalam game.

“Kalau di Roblox ada peluang untuk itu (membeli item berbayar) ya bisa ada kemungkinan anak terjerumus ke perilaku mencuri karena ada kebutuhan,” ungkap Psikolog Anak lulusan Universitas Indonesia, Mira Amir kepada Kumparan (6/8).

4. Risiko Predator Online

Mira juga mengkhawatirkan sistem komunikasi bebas dalam platform ini. “Dikhawatirkan juga ada komunikasi antar pemainnya gitu kan. Kita gak tahu si anak kita ini berkomunikasi dengan yang usia berapa di ujung sana gitu kan,” jelasnya.

Data Statista menunjukkan bahwa pada kuartal II 2025, Roblox telah diunduh 72,4 juta kali dengan mayoritas pengguna dari Eropa. Yang mengejutkan, 44 persen dari total pengguna adalah orang dewasa, sementara 80 persen menggunakan ponsel.

Rino (31), seorang ayah dari Bekasi yang memiliki anak berusia 4 tahun (RFS), mengaku membatasi akses anaknya karena khawatir terpapar percakapan negatif. “Di chat itu ada potensi orang bisa negatif buat anak kecil. Anak gua kan sudah mulai bisa baca, jadi itu takutnya dia tahu obrolan yang ada di situ,” katanya kepada Kompas.

5. Ledakan Emosi yang Berlebihan

Sistem permainan Roblox yang berbasis reward dan kompetisi seringkali membuat anak-anak terlalu tenggelam dalam dunia virtual. Saat menghadapi kegagalan misi, kekalahan dalam pertandingan, atau tidak mendapatkan item yang diinginkan, anak-anak dapat menunjukkan reaksi emosional ekstrem mulai dari tantrum, menangis, hingga amarah yang tidak terkendali.

Anita Puspitasari (37), ibu dari Bekasi, selalu mengingatkan putranya ZKH (8) untuk segera keluar dari game jika menemui percakapan yang tidak pantas. “Biasanya banyak anak yang jadi emosi luar biasa, marah-marah. Anak sudah kita kasih tahu, kalau ada yang ngomong kasar, ngomong hal dewasa, harus leave,” kata Anita (6/8), dikutip dari Kompas.

Celah Keamanan dalam Sistem Verifikasi

Salah satu kelemahan kritis dalam ekosistem Roblox adalah sistem verifikasi usia yang lemah. Meskipun platform mengklaim memiliki kontrol parental dan pembatasan berdasarkan usia, siapa pun dapat membuat akun dengan usia palsu tanpa validasi ketat.

Kondisi ini memungkinkan pengguna dewasa dengan niat jahat menyamar sebagai anak-anak dan memasuki ruang interaksi yang seharusnya aman untuk pengguna muda. Mereka bahkan dapat memanfaatkan fitur chat untuk membangun komunikasi langsung dengan anak-anak.

Ada Sisi Positifnya?

Meski penuh risiko, Anita mengakui ada manfaat dari Roblox. Putranya menjadi lebih lancar berbahasa Inggris berkat bermain di server internasional. “Jadi dia sebenarnya main gimnya enggak seberapa, tapi lebih banyak chat-nya. Jadi dia misalnya mau lompat, dia kan nge-chat (pakai bahasa Inggris),” tambahnya.

Ancaman Pemblokiran dari Pemerintah

Pemerintah saat ini tengah mengevaluasi opsi penutupan akses Roblox, terutama jika terbukti memberikan dampak merugikan bagi perilaku anak-anak.

“Kita mau melindungi generasi kita, enggak ragu-ragu juga kita. Kalau memang itu mengandung unsur-unsur kekerasan, ya kita tutup, enggak ada masalah,” tegasnya, dikutip dari Kompas.

Pos terkait