MEDIAAKSI.COM – Laporan terbaru dari OpenSignal mengungkap performa internet satelit Starlink di Indonesia mengalami penurunan kecepatan yang signifikan setelah lebih dari satu tahun beroperasi, namun di sisi lain menunjukkan peningkatan pada konsistensi kualitas layanannya. Kondisi ini terutama disebabkan oleh lonjakan pengguna yang pesat sehingga menekan kapasitas jaringan yang ada sejak peluncuran perdananya pada Mei 2024.
Kehadiran Starlink awalnya menjadi angin segar, khususnya bagi masyarakat di wilayah yang tidak terjangkau oleh jaringan fiber optik maupun seluler konvensional. Layanan internet berbasis satelit ini menawarkan alternatif koneksi yang kuat dan menjanjikan di awal kemunculannya.
Robert Wyrzykowski, Principal Data Analyst OpenSignal, mencatat performa awal Starlink yang impresif. “Dengan kecepatan awal unduh 42,0 Mbps dan unggah 10,5 Mbps, Starlink menawarkan alternatif yang kuat untuk koneksi nirkabel yang sudah ada,” ungkapnya dalam keterangan resmi.
Namun, popularitas yang meroket dengan cepat membawa konsekuensi pada performa jaringan. Tingginya permintaan membuat kapasitas Starlink tertekan, yang berujung pada penurunan kecepatan secara drastis.
“Namun dalam waktu satu tahun, penggunaan yang pesat membuat kapasitasnya tertekan: unduhan turun hampir dua pertiga, unggahan turun hampir setengahnya, dan skor Pengalaman Menggunakan Video turun lima poin,” tambah Wyrzykowski.
Berdasarkan data OpenSignal, kecepatan unduh Starlink saat ini tercatat hanya 15,8 Mbps, sementara kecepatan unggahnya berada di angka 5,8 Mbps. Tingginya permintaan bahkan memaksa perusahaan untuk menghentikan pendaftaran baru untuk sementara waktu dan menerapkan “biaya lonjakan permintaan” yang mencapai Rp8 juta hingga Rp9,4 juta saat pendaftaran kembali dibuka.
Kualitas Membaik, FWA Tetap Pesaing Kuat
Meskipun kecepatan menjadi sorotan utama, laporan ini juga menyoroti adanya peningkatan dari sisi lain. Menurut Wyrzykowski, ada kabar baik terkait konsistensi kualitas layanan Starlink yang justru menunjukkan tren positif, meningkat dari 24,2 persen menjadi 30,9 persen.
“Meskipun kecepatannya lebih lambat, peningkatan Starlink dari tahun ke tahun dalam metrik ini mencerminkan latensi yang lebih rendah dan peningkatan infrastruktur,” jelasnya.
Walaupun demikian, jika dibandingkan dengan layanan Fixed Wireless Access (FWA), Starlink masih menghadapi persaingan ketat. Starlink hanya unggul dalam metrik kecepatan unduh. Sementara itu, FWA memenangkan persaingan dalam hal kecepatan unggah, pengalaman video, dan konsistensi kualitas yang jauh lebih tinggi, yakni mencapai 49,7 persen.
Di Indonesia, layanan FWA terus berkembang meskipun menghadapi tantangan geografis dan biaya infrastruktur di daerah pedesaan. Para operator seluler besar kini menjadi pemain utama di segmen ini.
“Telkomsel mendominasi segmen ini dengan layanan Orbit, yang tumbuh 31 persen menjadi 1,1 juta pelanggan pada tahun 2023. XL juga menawarkan FWA, sementara IOH memasuki pasar pada tahun 2024 dengan HiFi Air yang diluncurkan bersamaan dengan kesepakatan ekspansi 4G/5G nasional dengan Nokia yang mencakup FWA,” terang Wyrzykowski.







